Pertama, perubahan dari doa Malaikat Tuhan (Latin:Angelus) ke doa Ratu Surga (Latin: Regina Coeli) dilakukan karena kesesuaian tema. Doa Malaikat Tuhan merujuk pada misteri Inkarnasi, yaitu ketika “Sabda menjadi manusia dan tinggal di antara kita” sedangkan doa Ratu Surga merujuk pada misteri Paskah, yaitu pemenuhan dari misteri Inkarnasi. Doa Ratu Surga itu sendiri menunjukkan: “Ia yang sudah kau kandung, telah bangkit seperti disabdakan-Nya.” Maka, sudah sepantasnya jika doa Ratu Surga mengambil alih tempat doa Angelus. Doa Ratu Surga melanjutkan sukacita dan kegembiraan kebangkitan dan sekali lagi meneguhkan fakta bahwa Kristus sungguh telah bangkit. Doa ini juga mengungkapkan suatu permohonan kepada Allah Bapa, agar bersama Maria kita dimampukan untuk menikmati sukacita dan kegembiraan kebangkitan Yesus Kristus sampai ke hidup yang kekal di surga.
Kedua, perubahan ini terjadi pada tahun 1742, yaitu ketika Paus Benediktus XIV menetapkan bahwa selama Masa Paskah, mulai dari hari Raya Paskah sampai dengan Hari Raya Pentakosta, doa Ratu Surga harus didaraskan sebagai ganti doa Angelus. Ada beberapa nada yang mengubah doa Ratu Surga menjadi nyanyian yang sangat indah.
Ketiga, usia doa Ratu Surga sudah sangat tua. Sulit untuk menentukan siapa pengarang doa ini dan dari mana doa ini berasal. Menurut catatan, doa Ratu Surga sudah ada sejak abad XII. Teks musik tertua disimpan di Vatikan, yaitu sebuah manuskrip dari 1171. Sekitar tahun 1200, doa Ratu Surga muncul dalam manuskrip nyanyian tradisional Romawi kuno. Jadi, bukti-bukti historis menunjukkan bahwa doa Ratu Surga sudah ada dalam khazanah kekayaan Gereja sejak waktu yang cukup lama.
Keempat, kebangkitan Kristus menunjukkan kemenangan dan kejayaan Kristus atas kuasa dosa dan kematian. Kejayaan Kristus mengikutsertakan semua orang yang percaya kepada-Nya. Mereka akan “duduk di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Mat 19:28), malah “menghakimi dunia dan malaikat” (1 Kor 6:2-3). Mereka memerintah bersama Kristus, seperti dikatakan dalam sebuah kidung tua yang dikutip 2 Tim 2:12. Karena Maria yang paling unggul di antara semua murid Tuhan, maka secara unggul pula dia diikutsertakan dalam kemenangan Kristus. Itulah artinya gelar “Ratu Surga”. Maria sebagai ibu Yesus Kristus, ikut serta memerintah bersama dengan Kristus di surga. Gelar ini menyatakan kedekatan Maria dengan Kristus yang luar biasa baik di dunia ini, maupun juga di surga. Maria unggul di antara para kudus (bdk Pius XII, Ad Caeli Reginam, DS 3913-3917).
Gelar sebagai “Ratu Surga” tidak hendak menyatakan Maria sebagai saingan Allah dengan kekuasaan surgawi-Nya. Maria dinyatakan sebagai Ratu justru karena kerendahan hatinya yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk melakukan kehendak Allah. Allah sungguh merajai seluruh diri Maria.
Kelima, seperti dikatakan di atas, doa Ratu Surga sudah ditetapkan berlaku untuk seluruh Gereja pada 1742, jauh sebelum pernyataan dogmatis tentang Maria diangkat ke surga pada 1950 oleh Paus Pius XII. Memang pengakuan akan Maria sebagai Ratu Surga sudah ada sejak lama dalam Gereja. Dogma Maria diangkat ke surga sebenarnya hanya mengeksplisitkan kepercayaan Gereja yang sudah lama diungkapkan dalam praktik iman. Pernyataan dogmatis Gereja itu tidak mengubah kenyataan, tetapi hanya mengungkapkan secara resmi ajaran tentang Maria sebagai bagian dari iman yang diwahyukan, karena itu harus dipercayai. Jadi, fakta pengangkatan Maria ke surga sudah terjadi lama sebelum pernyataan dogmatisnya pada 1950.
Doa Ratu Surga mengingatkan kita akan apa yang terjadi pada Bunda kita. Itulah harapan nyata yang juga akan terjadi pada kita yang percaya kepada Putranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar